Napoleon Bonaparte |
Napoleon Bonaparte (1769 1821) mungkin merupakan sosok yang selalu menimbulkan kontroversi bagi banyak orang. Mereka yang hidup pada jaman itu ataupun setelahnya hampir selalu menghadapi dilemma dalam menilainya: apakah ia seorang yang bengis dan bar-bar yang suka membunuh orang ataukah seorang pemimpin yang selalu mendapat simpati dari pengikutnya? Ia dikabarkan selalu memberi racun tentaranya yang terluka setiap usainya peperangan. Apakah itu disebabkan ia tak peduli kepada mereka atau justru karena ia tak tega melihat mereka menderita dan tak ingin melihat mereka menderita? Konon ia juga selalu membawa bekal sedikit di setiap peperangan dari yang semestinya diperlukan pasukannya. Apakah itu karena ia kejam dan tak punya belas kasih atau justru karena ia seorang yang realistis? Ia mungkin saja berpikir bahwa akan banyak tentara yang mati dalam peperangan sehingga jumlah pasukan berkurang. Mungkin kita akan menemukan jawabannya jika mengetahui lebih banyak tentang dirinya.[ english ]
Napoleon lahir tahun 1769 di pulau Corsica, yang saat itu berada di bawah kekuasaan Perancis. Ia tumbuh semasa Revolusi Perancis ketika paham Liberty, Equality dan Fraternity tengah didengungkan ke seantero Perancis. Ia dikirim ke sekolah militer Perancis dan pada tahun 1789 menjadi staf muda Artileri. Ia dikenal sebagai seorang pemimpin pasukan yang kompeten sejak muda dan telah dipercaya sebagai komandan artileri di Itali tahun 1794. Ketika ia kembali ke Paris pada tahun berikutnya, ia kembali dipercaya sebagai komandan angkatan perang Perancis. Saat itu perlawanan rakyat kepada pemerintahan semakin meningkat, dan semakin berpengaruh, dan Napoleon mengambil peran aktif dalam aksi militer yang akhirnya mengakhiri gerakan revolusi. Pada tahun 1796, Napoleon menikahi Josephine de Beauharnais. Seorang janda mantan istri Jenderal Alexandre de Beauharnais yang tewas dalam perang Itali tahun 1794. Hubungan dan pengaruh yang dimiliki Josephine dengan pihak-pihak pemerintahan agaknya banyak membantu Napoleon menjadi komandan angkatan perang Perancis, sewaktu menyerang Itali tahun 1796.
Napoleon mulai menyusun rencana untuk menginvasi Italia diawali dengan menaklukan kota Piedmont di utara Itali. Lalu ia menaklukan kota Nicea dan Savoy. Kemudian menundukkan Milan dan mengalahkan pasukan Austria. Tahun 1797, Perancis telah menaklukan hamper seluruh Itali utara. Dari Itali Napoleon kemudian menuju Vienna dan memaksa Austria menyerah. Sebuah perjanjian antara Austria dan Perancis ditanda-tangani, dimana Perancis diberi hak untuk menguasai pulau Ionian, sebagai imbalannya, Venesia diserahkan kepada Austria.
Ketika Napoleon kembali ke Perancis, ditemuinya pemerintahan tengah mengalami kesulitan. Namun ketika dimintai bantuannya, Napoleon justru mengorganisir kudeta, dan mengakhiri krisis politik yang tengah berkecamuk. Bagaimanapun, popularitas Napoleon sebagai seorang Jenderal besar mengkhawatirkan orang-orang pemerintahan. Mereka menginginkan ia keluar dari wilayah Perancis. Karena itu ia mendapat perintah untuk menginvasi Inggris. Maka Napoleon memutuskan untuk menyerang Inggris dimulai dari wilayah Mediterania dan berlabuh di Alexandria tahun 1798. Angkatan Laut Inggris, yang dikomandani oleh Horatio Nelson, mengalahkan pasukan Perancis pada pertempuran di wilayah Nile. Napoleon terpaksa meninggalkan pasukannya dan menyelamatkan diri kembali ke Perancis. Akhirnya pasukannya menyerah kepada Inggris dan Turki tahun 1801. Itulah kekalahan besar pertama bagi Perancis.
Ketika Napoleon kembali ke Perancis tahun 1799, negeri itu ternyata mengalami banyak peperangan. Rakyat merasa kecewa, pihak pemerintahan dirasakan tidak memuaskan rakyat. Napoleon mengumpulkan para pendukung setianya kemudian mengganti seluruh pihak pemerintahan. Dengan penggantian ini maka dimulailah era baru. Disusunlah Undang-Undang baru, yang memberi kekuasaan kepada tiga orang Konsul. Sebagai militer yang menonjol dan Konsul Pertama, Napoleon praktis menjadi penguasa Perancis yang sesungguhnya. Beberapa tahun kemudian, ia naik menuju puncak kekuasaan. Pada tahun 1802, ia terpilih, sebagai Konsul seumur hidup. Tahun 1804, ia pun menjadi Kaisar. Rakyat Perancis telah bosan mengalami begitu banyak kesulitan dan Undang-Undang yang selalu dibongkar-pasang. Mereka akhirnya menerima Napoleon sebagai diktator sebagaimana ia pun tampaknya siap memberikan mereka Undang-undang dan Peraturan yang paling sesuai yang dibutuhkan.
Sejak awal sebagai Konsul, Napoleon telah membuat banyak perubahan-perubahan penting. Dari itu semua, menyusun Undang-Undang Perancis merupakan hal yang paling utama. Napoleon memahami hal itu demi untuk menciptakan kedamaian dan kesatuan bagi Perancis, persoalan keagamaan juga harus segera ditetapkan. Pemikirannya tentang agama semata-mata adalah demi kepentingan politiknya. Ia membutuhkan dukungan dari kalangan rakyat kebanyakan, yang pada umumnya adalah penganut Katolik Roma, meskipun pada masa revolusi awal pemerintah pernah mencoba menghapus Katolik. Napoleon berpendapat bahwa ia harus membuat perjanjian dengan Paus, dan pada tahun 1801 ia memprakarsai perubahan ini. Paus Pius menyetujui beberapa ketentuan pemerintah dibidang keagamaan � bahwa pengangkatan bishops harus ditentukan oleh Napoleon, dan pendeta gereja wilayah ditunjuk oleh bishop.
Tahun 1804, Napoleon mengundang Paus untuk memasangkan mahkota dalam acara penobatanya sebagai Kaisar di Katedral Notre Dame di Paris. Namun ternyata akhirnya ia memutuskan untuk mengenakan mahkota sendiri pada saat acara dilaksanakan dengan alasan menurutnya di dunia ini tak seorangpun yang layak untuk memasangkan mahkota baginya. Napoleon juga berniat menjadi penguasa Itali. Ketika Paus menentang rencana Napoleon, ia mengambil alih wilayah kekuasaan Kepausan kepada Kekaisaran Perancis dan menahan Paus sebagai tawanan Perancis. Ia menawannya selama lima tahun.
Bagi Napoleon, pendidikan yang paling mendesak adalah melatih para petugas pemerintahan, khususnya angkatan perang. Ia merencanakan suatu sistim pendidikan yang terbagi dalam empat jenjang. Ia tidak lagi menyerahkan masalah pendidikan kepada pihak gereja sebagaimana dilakukan dalam sistim sebelum masa Revolusi. Meskipun rencana sistim pendidikan ala Napoleon tidak sempat dilaksanakan, pada tahun 1813, sistim pendidikan lanjutan Perancis merupakan yang terbaik di Europa.
Napoleon sekali lagi mesti berurusan dengan peperangan. Inggris tidak menaruh percaya kepadanya. Kenyataan bahwa Perancis berencana untuk menguasai Belanda sempat mengkhawatirkan Inggris. Maka pada tahun 1805, Inggris membentuk koalisi untuk melawan Perancis. Koalisi ini terdiri dari Russia, Sweden, Kerajaan Naples dan Austria. Kemarahannya yang timbul ketika ia diserang oleh pers Inggris, menyebabkan Napoleon memutuskan untuk menginvasi Inggris. Tetapi pasukan Perancis malah dikalahkan Inggris dalam Pertempuran Trafalgar. Meski begitu, Napoleon tetap terus memerangi pasukan Austria dan Russia di wilayah Austerlitz. Ia kemudian menaklukan Prussia pada Pertempuran.Jena dan pada bulan berikutnya, June, ia menaklukan pasukan Russia di Pertempuran Friedland.
Untuk mengontrol seluruh Europe, Napoleon mengumpulkan seluruh keluarganya untuk mengatur negeri-negeri taklukannya. Saudara laki-lakinya Joseph menjadi raja di Naples, dan saudaranya yang lain, Louis menjadi raja Belanda. Saudara-tirinya jadi raja German, anak istrinya Josephine dari perkawinan sebelumnya menduduki Kerajaan Viceroy Itali. Tahun 1910, setelah menceraikan Josephine, Napoleon mengawini anak Kaisar Austrian, Marie Louise. Dengannya ia memperoleh anak yang memang sudah lama diidamkannya, yang dikemudian hari menjadi raja Roma.
Disaat kesuksesannya di berbagai medan pertempuran dan kesuksesan mengatur negaranya, kekuasaan Napoleon tampaknya mulai menunjukkan tanda-tanda menurun. Kekuatan militer Inggris tampaknya juga sedang bangkit, namun Napoleon.lengah tentang ini. Sebagian orang tampaknya tidak menyukai Wajib Militer. Pengabaiannya terhadap saudara-saudaranya yang menempati banyak pos-pos penting di pemerintahan serta kebangkitan nasionalisme di berbagai wilayah yang terpisah-pisah menyebabkan Perancis kehilangan kontrolnya untuk memerintah seluruh Europa.
Di Russia, Czar Alexander juga tidak mempercayai Napoleon. Kedua penguasa ini masing-masing ingin melebarkan pengaruhnya di Europa Tengah dan Mediterania. Masing-masing saling mengkhawatirkan satu-sama-lainnya, dan Napoleon memutuskan untuk menyerang duluan. Pada bulan Juni 1812, Napoleon menyerang Russia. Pasukannya yang terdiri lebih dari 600,000 orang terdiri lebih banyak dari orang-orang non-Perancis ketimbang yang keturunan Perancis. Pasukan Rusia terus mendesak, memaksa pasukan Napoleon mengerahkan kekuatannya. Setelah pertempuran yang menguras energi di tepi sungai Moskva, Napoleon memasuki kota Moscow yang ternyata telah dikosongkan. Para Czar menolak menyerah kepadanya dan membakar kota tersebut. Seusai itu Napoleon juga dipaksa menghadapi rintangan yang lebih berat, yakni musim salju Rusia. Tak ada makanan yang ditemui bagi tentaranya dan kuda-kudanya dan banyak tentaranya yang meninggalkan pertempuran. Pasukan Napoleon akhirnya kalah dan ia kembali sendirian ke Paris.
Kekalahan Napoleon di Russia demikian berarti dan membuat musuh-musuhnya bersatu untuk menaklukan Perancis. Ia menyusun pasukannya kembali dan menyerang Germany. Namun pasukan koalisi ternyata lebih kuat dan setelah sempat menang di kota Dresden, Napoleon kalah dalam pertempuran di Leipzig. Namun ia terus melawan pasukan sekutu mempertahankan setiap inchi wilayah Perancis. Hingga akhirnya kalah pada tahun 1814 dan diasingkan ke pulau Elba.
Sepuluh bulan kemudian, Napoleon melarikan diri ke Perancis dan disambut kembali oleh rakyatnya. Ia kembali menyusun pasukan, dengan menggunakan para tawanan perang yang sudah pulang, kemudian menyerang Belgia. Setelah memperoleh beberapa kemenangan, Napoleon akhirnya dikalahkan di Waterloo pada tahun 1815 oleh gabungan pasukan Inggris dan Prusia. Kali ini ia diasingkan ke pulau St. Helena, di wilayah Atlantik. Disanalah ia menulis kisah hidupnya. Napoleon meninggal tahun 1821. Menurut bukti-bukti penemuan, kabarnya ia mati diracuni oleh pengawalnya.
Napoleon Bonaparte adalah pimpinan militer yang tangguh. Ia menyatukan Perancis. Rakyat Perancis mengenalnya sebagai penguasa yang berhasil sepanjang sejarah bangsa Perancis. Ia selalu menghentikan setiap usaha mereka yang ingin kembali kepada orde lama, dan pada saat yang sama, ia tidak menginginkan pemerintahan yang tidak terorganisir dengan baik. Gaya kepemimpinan Napoleonic yang dianut kalangan pemerintahan dari golongan kelas-menengah banyak ditiru oleh negara Eropa lainnya. Hingga hari ini, model Pertahanan, Administrasi, Pendidikan, dan Hukum di Perancis tetap menjalankan model yang telah dibangun oleh Napoleon. [Pustaka Biografi]