Banyak hal yang terjadi di dunia ini yang kadangkala membuat kita heran, takjub, dan amat mengaguminya. Namun tak sedikit yang akhirnya membuat kita mengerutkan kening karena bagaimana hal itu terjadi, sama sekali tak diketahui.
Kemisteriusan hal-hal tersebut tentu membuat ilmuwan tertarik untuk mengungkapkannya, namun hingga kini misteri tetap tak terungkap.
Berikut 10 kejadian yang menjadi bagian dari sejarah kehidupan manusia di Bumi yang latar kejadiannya masih menjadi teka-teki. Data dihimpun dari berbagai sumber, termasuk dari LiveScience.
1. Rongorongo
Kemisteriusan hal-hal tersebut tentu membuat ilmuwan tertarik untuk mengungkapkannya, namun hingga kini misteri tetap tak terungkap.
Berikut 10 kejadian yang menjadi bagian dari sejarah kehidupan manusia di Bumi yang latar kejadiannya masih menjadi teka-teki. Data dihimpun dari berbagai sumber, termasuk dari LiveScience.
1. Rongorongo
Jenis bahasa ini merupakan sisi lain dari "misteri Easter Island", karena Rongorongo merupakan bahasa beraksara hiroglif yang digunakan oleh penduduk pertama di pulau itu.
Dianggap sebagai misteri, karena meski Easter Island tidak memiliki "tetangga" berkemampuan baca tulis, namun Rongorongo muncul secara misterius di pulau itu pada 1700-an. Sayang, bahasa itu hilang karena bangsa Eropa yang pertama kali menjajah pulau itu, melarang mengartikan Rongorongo karena dianggap sebagai akar budaya paganisme, meski minat ilmuwan untuk mempelajari bahasa langka itu amat besar.
2. Helike, kota yang hilang
Dianggap sebagai misteri, karena meski Easter Island tidak memiliki "tetangga" berkemampuan baca tulis, namun Rongorongo muncul secara misterius di pulau itu pada 1700-an. Sayang, bahasa itu hilang karena bangsa Eropa yang pertama kali menjajah pulau itu, melarang mengartikan Rongorongo karena dianggap sebagai akar budaya paganisme, meski minat ilmuwan untuk mempelajari bahasa langka itu amat besar.
2. Helike, kota yang hilang
Penulis asal Yunani, Pausanias, menjelaskan kalau sebuah gempa besar menghancurkan kota Helike, dan kemudian datang tsunami hebat yang menyapu habis apapun yang masih tersisa di kota metropolis yang sedang berkembang itu.
Halike merupakan kota yang menjadi pusat pemujaan Poseidon, dewa dalam mitologi Yunani yang dipercaya sebagai penguasa lautan, sekaligus merupakan dewa gempa bumi dan kuda. Tak ada jejak atas hilangnya kota dan penduduknya yang legendaris tersebut dalam teks-teks Yunani kuno, hingga pada 1861, ketika seorang arkeolog menemukan koin perunggu dengan kepala bergambar Poseidon.
Pada 2001, sepasang arkeolog juga menemukan koin yang sama di bawah reruntuhan Helike di antara pasir berlumpur dan berkerikil. Hingga saat ini mereka masih menggali untuk apa yang mereka yakini sebagai "Atlantis yang nyata".
3. The Bog Bodies
Halike merupakan kota yang menjadi pusat pemujaan Poseidon, dewa dalam mitologi Yunani yang dipercaya sebagai penguasa lautan, sekaligus merupakan dewa gempa bumi dan kuda. Tak ada jejak atas hilangnya kota dan penduduknya yang legendaris tersebut dalam teks-teks Yunani kuno, hingga pada 1861, ketika seorang arkeolog menemukan koin perunggu dengan kepala bergambar Poseidon.
Pada 2001, sepasang arkeolog juga menemukan koin yang sama di bawah reruntuhan Helike di antara pasir berlumpur dan berkerikil. Hingga saat ini mereka masih menggali untuk apa yang mereka yakini sebagai "Atlantis yang nyata".
3. The Bog Bodies
Ini fenomena yang sulit dipecahkan latar belakangnya. Meski Crime Scene Investigation (CSI) bekerja keras, mereka tetap belum dapat beranjak dari data yang telah mereka dapatkan selama ini.
Ratusan orang yang diperkirakan hidup pada 9000 sebelum Masehi (SM), mayatnya ditemukan terkubur di lahan basah di beberapa belahan wilayah utara Eropa. Orang-orang yang dikenal sebagai manusia rawa itu diduga meninggal akibat menjadi korban ritual penyembahan, karena pada tubuhnya ditemukan tanda-tanda penyiksaan.
Yang fenomenal adalah, meski telah meninggal dalam kurun waktu yang begitu lama, tubuh mereka tidak hancur meski tidak mengalami proses pengawetan seperti mumi. Diduga, kadar asam yang terkandung dalam air di rawa-rawa, kurangnya oksigen dalam air dan suhu yang rendah menjadi penyebab awetnya jasad mereka.
4. Keruntuhan Peradaban Minoans
Ratusan orang yang diperkirakan hidup pada 9000 sebelum Masehi (SM), mayatnya ditemukan terkubur di lahan basah di beberapa belahan wilayah utara Eropa. Orang-orang yang dikenal sebagai manusia rawa itu diduga meninggal akibat menjadi korban ritual penyembahan, karena pada tubuhnya ditemukan tanda-tanda penyiksaan.
Yang fenomenal adalah, meski telah meninggal dalam kurun waktu yang begitu lama, tubuh mereka tidak hancur meski tidak mengalami proses pengawetan seperti mumi. Diduga, kadar asam yang terkandung dalam air di rawa-rawa, kurangnya oksigen dalam air dan suhu yang rendah menjadi penyebab awetnya jasad mereka.
4. Keruntuhan Peradaban Minoans
Hingga kini sejarawan masih berselisih tentang penyebab runtuhnya peradaban pada Zaman Perunggu yang muncul di Kreta, Yunani, dan berkembang hampir 5.000 tahun lalu hingga masa kehancurannya pada 1450 SM.
Para Minoans adalah orang-orang yang berpendidikan, prajurit, pedagang, seniman, dan pelaut yang andal dan berpengalaman. Kerajaan maritim mereka sangat luas. Merekalah bangsa pertama di Eropa yang menggunakan bahasa tulis yang disebut Linear A.
Raja peradaban ini, Raja Minos, memiliki Istana yang sangat luas dan rumit, dan merupakan istana pertama di Eropa yang memiliki jalan beraspal. Istana itu berada di Knossos. Raja Minos tinggal bersama manusia pemakan banteng yang senantiasa berkeliaran di labirin istana. Namanya Minotaur.
Saat peradaban ini runtuh sekitar 3.500 tahun lalu, bencana alam terburuk sejak Zaman Es, yakni sebuah letusan gunung berapi besar, terjadi di Pulau Aegea, sebuah pulau kecil di kawasan Thera, Yunani, yang berjarak sekitar 100 kilometer dari Pulau Kreta. Hingga kini ilmuwan masih bingung bagaimana bencana ini bisa menghancurkan Minoans, namun ada spekulasi yang menyebutkan bahwa bencana di Aegea itu tak hanya membuat Minoans tertimbun abu vulkanik, namun juga disapu tsunami besar yang membuat peradaban itu punah seketika.
5. The Stones Carnac
Para Minoans adalah orang-orang yang berpendidikan, prajurit, pedagang, seniman, dan pelaut yang andal dan berpengalaman. Kerajaan maritim mereka sangat luas. Merekalah bangsa pertama di Eropa yang menggunakan bahasa tulis yang disebut Linear A.
Raja peradaban ini, Raja Minos, memiliki Istana yang sangat luas dan rumit, dan merupakan istana pertama di Eropa yang memiliki jalan beraspal. Istana itu berada di Knossos. Raja Minos tinggal bersama manusia pemakan banteng yang senantiasa berkeliaran di labirin istana. Namanya Minotaur.
Saat peradaban ini runtuh sekitar 3.500 tahun lalu, bencana alam terburuk sejak Zaman Es, yakni sebuah letusan gunung berapi besar, terjadi di Pulau Aegea, sebuah pulau kecil di kawasan Thera, Yunani, yang berjarak sekitar 100 kilometer dari Pulau Kreta. Hingga kini ilmuwan masih bingung bagaimana bencana ini bisa menghancurkan Minoans, namun ada spekulasi yang menyebutkan bahwa bencana di Aegea itu tak hanya membuat Minoans tertimbun abu vulkanik, namun juga disapu tsunami besar yang membuat peradaban itu punah seketika.
5. The Stones Carnac
Ada mitos di balik kemisteriusan 3.000 buah batu dari zaman Neolitikum yang berdiri hingga sepanjang lebih dari 12 kilometer, dan berada dalam garis yang sempurna, di pantai Britanny di barat laut Perancis. Konon, menurut penduduk setempat, batu-batu itu merupakan satu legiun tentara Romawi yang sedang melakukan parade, dan diubah menjadi batu oleh Merlin sang penyihir.
Para ilmuwan meyakini, batu-batu dalam situs megalitikum itu dipahat dari batu lokal pada sekitar 4500 SM hingga 3300 SM. Meski alasan mengapa batu-batu itu dibuat dan disusun seperti itu belum terpecahkan, namun ada ilmuwan yang memperkirakan bahwa Stones Carnac merupakan detektor gempa yang rumit.
Para ilmuwan meyakini, batu-batu dalam situs megalitikum itu dipahat dari batu lokal pada sekitar 4500 SM hingga 3300 SM. Meski alasan mengapa batu-batu itu dibuat dan disusun seperti itu belum terpecahkan, namun ada ilmuwan yang memperkirakan bahwa Stones Carnac merupakan detektor gempa yang rumit.
Kisahnya melegenda dan tersohor hingga penjuru dunia. Bahkan telah beberapa kali difilmkan. Tapi siapakah sebenarnya pimpinan kelompok pencuri berhati dermawan dari Hutan Sherwood di Yorkshire, Inggris, yang pandai memanah dan bermain pedang ini?
Dalam kehidupan nyata, eksistensi bandit altruistik yang tinggal di hutan dengan musuh seorang raja legendaris berpedang sakti, nampaknya memang masuk akal. Namun, perburuan sejarah untuk mengungkap jati diri tokoh ini hanya memunculkan segudang kemungkinan tanpa jawaban pasti.
Untuk mengungkap jati diri tokoh legendaris ini, para peneliti sempat menduga bahwa nama Robin Hood merupakan penyamaran dari nama yang mirip dengan nama itu. Maka, muncullah daftar panjang nama orang yang satu di antaranya dicurigai sebagai Robin Hood. Mereka di antaranya Robert Hod yang juga bermukim di Yorkshire, dan Robert Hood yang tinggal Wakefield. Namun tetap tak ada hasilnya. Jati diri Robin Hood tetap menjadi misteri dalam sejarah yang melegenda di Inggris.
7. Hilangnya Satu Legiun Tentara Romawi
Dalam kehidupan nyata, eksistensi bandit altruistik yang tinggal di hutan dengan musuh seorang raja legendaris berpedang sakti, nampaknya memang masuk akal. Namun, perburuan sejarah untuk mengungkap jati diri tokoh ini hanya memunculkan segudang kemungkinan tanpa jawaban pasti.
Untuk mengungkap jati diri tokoh legendaris ini, para peneliti sempat menduga bahwa nama Robin Hood merupakan penyamaran dari nama yang mirip dengan nama itu. Maka, muncullah daftar panjang nama orang yang satu di antaranya dicurigai sebagai Robin Hood. Mereka di antaranya Robert Hod yang juga bermukim di Yorkshire, dan Robert Hood yang tinggal Wakefield. Namun tetap tak ada hasilnya. Jati diri Robin Hood tetap menjadi misteri dalam sejarah yang melegenda di Inggris.
7. Hilangnya Satu Legiun Tentara Romawi
Pada 53 SM, setelah pasukan Parthia dari Persia mengalahkan satu legiun tentara Romawi yang dipimpin Jenderal Crassus, pasukan itu menjadi tawanan perang, dan kemudian menghilang begitu saja, tanpa jejak.
Konon, menurut legenda, setelah menjadi tawanan perang, pasukan itu digiring menuju Persia dengan melalui Gurun Gobi, namun kemudian ditangkap tentara Kerajaan Dinasti Han. Legenda ini diperkuat teori yang diungkap Homer Dubs, profesor sejarah Cina dari Universitas Oxford. Pada 1950, setelah menerjemahkan buku sejarah kerajaan itu, Dubs mengatakan bahwa dia menemukan sebuah kota bernama Liqian yang didirikan di wilayah Han pada 36 SM. Kota itu didirikan untuk mengeksekusi tawanan.
Dalam bahasa Cina kuno, Liqian merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut Kekaisaran Romawi, dan para arkeolog percaya kalau di masa kini, kota Liqian kuno adalah kota yang kini bernama Zhelaizhai. Keyakinan ini mengacu pada ciri-ciri fisik penduduk kota itu yang sama sekali tidak mirip bangsa Cina, namun lebih mirip fisik bangsa Kaukasia. Baik dari bentuk hidung yang bengkok, rambut yang berwarna pirang, biji mata berwarna biru, dan tinggi tubuh yang lebih dari 1,82 meter.
Sejarawan abad pertama Cina, Ban Gu, dalam catatannya menulis bahwa tentara Han berkonfrontasi dengan pasukan aneh yang melakukan perlawanan dengan "formasi ikan skala", sebuah formasi unik yang merujuk pada cara berperang tentara Romawi.
Saat ini, penduduk kota Zhelaizhai sedang melakukan tes DNA untuk membuktikan apakah mereka memang keturunan tentara Romawi yang hilang itu.
8. Naskah Voynich
Konon, menurut legenda, setelah menjadi tawanan perang, pasukan itu digiring menuju Persia dengan melalui Gurun Gobi, namun kemudian ditangkap tentara Kerajaan Dinasti Han. Legenda ini diperkuat teori yang diungkap Homer Dubs, profesor sejarah Cina dari Universitas Oxford. Pada 1950, setelah menerjemahkan buku sejarah kerajaan itu, Dubs mengatakan bahwa dia menemukan sebuah kota bernama Liqian yang didirikan di wilayah Han pada 36 SM. Kota itu didirikan untuk mengeksekusi tawanan.
Dalam bahasa Cina kuno, Liqian merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut Kekaisaran Romawi, dan para arkeolog percaya kalau di masa kini, kota Liqian kuno adalah kota yang kini bernama Zhelaizhai. Keyakinan ini mengacu pada ciri-ciri fisik penduduk kota itu yang sama sekali tidak mirip bangsa Cina, namun lebih mirip fisik bangsa Kaukasia. Baik dari bentuk hidung yang bengkok, rambut yang berwarna pirang, biji mata berwarna biru, dan tinggi tubuh yang lebih dari 1,82 meter.
Sejarawan abad pertama Cina, Ban Gu, dalam catatannya menulis bahwa tentara Han berkonfrontasi dengan pasukan aneh yang melakukan perlawanan dengan "formasi ikan skala", sebuah formasi unik yang merujuk pada cara berperang tentara Romawi.
Saat ini, penduduk kota Zhelaizhai sedang melakukan tes DNA untuk membuktikan apakah mereka memang keturunan tentara Romawi yang hilang itu.
8. Naskah Voynich
Inilah naskah kuno paling misterius di dunia, karena naskah berbentuk buku ini penuh dengan gambar dan tulisan dalam bahasa yang sama sekali tidak dikenal oleh bangsa mana pun di Bumi ini.
Naskah Voynich ditemukan pada 1912 di sebuah perpusatakaan di Roma, Italia. Buku setebal 240 halaman itu telah dicoba untuk diterjemahkan, termasuk oleh para pakar kriptografer. Namun tak berhasil, sehingga ada yang menuduh kalau naskah ini tak lebih dari sebuah permainan untuk mengecoh atau mengerjai para ilmuwan. Sayangnya, berdasarkan analisis statistik diketahui kalau penulisan naskah itu tampaknya mengikuti struktur dasar dan hukum bahasa kerja.
Penelitian dengan menggunakan penanggalan radiokarbon oleh sebuah tim yang dipimpin Greg Hodgins, fisikawan dari Universitas Arizona, menemukan fakta kalau halaman-halaman perkamen naskah ini berasal dari awal abad ke-15, satu abad lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya.
Di mata para ilmuwan, naskah antik ini membuatnya menjadi lebih menarik dibanding novel Da Vinci Code karya Dan Brown, karena dalam naskah itu terdapat berbaris-baris teks yang "mengalir" di antara ilustrasi-ilustrasi yang menggambarkan tanaman, peta astronomis, gambar manusia yang mandi, dan lain sebagainya.
9. Mumi-mumi Cekungan Tarim
Naskah Voynich ditemukan pada 1912 di sebuah perpusatakaan di Roma, Italia. Buku setebal 240 halaman itu telah dicoba untuk diterjemahkan, termasuk oleh para pakar kriptografer. Namun tak berhasil, sehingga ada yang menuduh kalau naskah ini tak lebih dari sebuah permainan untuk mengecoh atau mengerjai para ilmuwan. Sayangnya, berdasarkan analisis statistik diketahui kalau penulisan naskah itu tampaknya mengikuti struktur dasar dan hukum bahasa kerja.
Penelitian dengan menggunakan penanggalan radiokarbon oleh sebuah tim yang dipimpin Greg Hodgins, fisikawan dari Universitas Arizona, menemukan fakta kalau halaman-halaman perkamen naskah ini berasal dari awal abad ke-15, satu abad lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya.
Di mata para ilmuwan, naskah antik ini membuatnya menjadi lebih menarik dibanding novel Da Vinci Code karya Dan Brown, karena dalam naskah itu terdapat berbaris-baris teks yang "mengalir" di antara ilustrasi-ilustrasi yang menggambarkan tanaman, peta astronomis, gambar manusia yang mandi, dan lain sebagainya.
9. Mumi-mumi Cekungan Tarim
Selama penggalian di bawah Cekungan Tarim (sekarang Xinjiang) di Cina barat, arkeolog terkejut menemukan lebih dari 100 mumi berusia antara 1800 SM hingga 200 Masehi.
Penemuan mumi-mumi itu bermula pada awal abad ke-20, ketika penjelajah Eropa seperti Sven Hedin, Albert von Le Coq dan Sir Aurel Stein menceritakan kalau selama memburu barang-barang antik di Asia Tengah, mereka menemukan tubuh-tubuh yang telah mengering. Sejak itu, penelitian terhadap mumi-mumi itu dilakukan karena ada yang menarik dari kondisi fisik mereka, yakni tidak memiliki postur dan ciri-ciri sebagaimana layaknya orang China.
Mumi-mumi Cekungan Tarim memiliki genetik bangsa Eropa dengan ciri-ciri berambut pirang dan berhidung mancung. Teks-teks Cina kuno menyebutkan, pada milenium pertama sebelum Masehi (SM) di Cekungan Tarim bermukim sekelompok orang Kaukasia yang datang dari timur jauh. Namun bagaimana kelompok tersebut tiba di sana, sama sekali tidak dijelaskan.
Sebagian besar mumi Cekungan Tarim ditemukan di ujung timur cekungan itu yang meliputi wilayah Lopnur, Subeshi dekat Turpan, Kroran, dan Kumul, serta di sepanjang tepi selatan Cekungan Tarim yang meliputi wilayah Khotan, Niya, dan Cherchen atau Qiemo.
Jika Anda ke China, Anda dapat menemukan mumi-mumi ini dipamerkan di Museum Xinjiang.
10. Hilangnya Peradaban Lembah Indus
Penemuan mumi-mumi itu bermula pada awal abad ke-20, ketika penjelajah Eropa seperti Sven Hedin, Albert von Le Coq dan Sir Aurel Stein menceritakan kalau selama memburu barang-barang antik di Asia Tengah, mereka menemukan tubuh-tubuh yang telah mengering. Sejak itu, penelitian terhadap mumi-mumi itu dilakukan karena ada yang menarik dari kondisi fisik mereka, yakni tidak memiliki postur dan ciri-ciri sebagaimana layaknya orang China.
Mumi-mumi Cekungan Tarim memiliki genetik bangsa Eropa dengan ciri-ciri berambut pirang dan berhidung mancung. Teks-teks Cina kuno menyebutkan, pada milenium pertama sebelum Masehi (SM) di Cekungan Tarim bermukim sekelompok orang Kaukasia yang datang dari timur jauh. Namun bagaimana kelompok tersebut tiba di sana, sama sekali tidak dijelaskan.
Sebagian besar mumi Cekungan Tarim ditemukan di ujung timur cekungan itu yang meliputi wilayah Lopnur, Subeshi dekat Turpan, Kroran, dan Kumul, serta di sepanjang tepi selatan Cekungan Tarim yang meliputi wilayah Khotan, Niya, dan Cherchen atau Qiemo.
Jika Anda ke China, Anda dapat menemukan mumi-mumi ini dipamerkan di Museum Xinjiang.
10. Hilangnya Peradaban Lembah Indus
Peradaban pada Zaman Perunggu ini (sekitar 3300-1900 SM) merupakan peradaban kuno terbesar yang pernah ada, karena memiliki wilayah kekuasaan membentang sejauh 1.260.000 km2 dari barat India hingga Afghanistan.
Selain itu, peradaban yang diduga memiliki populasi penduduk hingga lebih dari 5 juta jiwa ini juga merupakan peradaban pertama yang yang terbilang maju karena memiliki wilayah perkotaan dengan bangunan-bangunan terbuat dari batu bata, sistem drainase di tepi jalan, dan rumah-rumah bertingkat. Penduduk peradaban ini juga mengembangkan teknik-teknik baru dalam kerajinan (produk akik dan ukiran), dan metalurgi (tembaga, perunggu, timah, dan timah). Peradaban ini sezaman dengan peradaban Mesopotamia dan Mesir Kuno.
Hingga kini para ilmuwan masih bertanya-tanya bagaimana peradaban yang luar biasa ini runtuh dan hilang begitu saja. Yang lebih menakjubkan, dari hasil penggalian yang dilakukan pada 1922 di Harappa, Pakistan, yang dahulu merupakan bagian dari sejarah peradaban ini, diketahui kalau peradaban yang juga disebut Peradaban Harappa ini ternyata tidak memiliki tentara maupun budak belian. Bahkan tak ditemukan bukti adanya konflik sosial atau tindak kejahatan lain yang lazim terjadi dalam masyarakat kuno. Sampai akhir, peradaban ini nampaknya berhasil menjaga dirinya sebagai peradaban yang bersih.
Selain itu, peradaban yang diduga memiliki populasi penduduk hingga lebih dari 5 juta jiwa ini juga merupakan peradaban pertama yang yang terbilang maju karena memiliki wilayah perkotaan dengan bangunan-bangunan terbuat dari batu bata, sistem drainase di tepi jalan, dan rumah-rumah bertingkat. Penduduk peradaban ini juga mengembangkan teknik-teknik baru dalam kerajinan (produk akik dan ukiran), dan metalurgi (tembaga, perunggu, timah, dan timah). Peradaban ini sezaman dengan peradaban Mesopotamia dan Mesir Kuno.
Hingga kini para ilmuwan masih bertanya-tanya bagaimana peradaban yang luar biasa ini runtuh dan hilang begitu saja. Yang lebih menakjubkan, dari hasil penggalian yang dilakukan pada 1922 di Harappa, Pakistan, yang dahulu merupakan bagian dari sejarah peradaban ini, diketahui kalau peradaban yang juga disebut Peradaban Harappa ini ternyata tidak memiliki tentara maupun budak belian. Bahkan tak ditemukan bukti adanya konflik sosial atau tindak kejahatan lain yang lazim terjadi dalam masyarakat kuno. Sampai akhir, peradaban ini nampaknya berhasil menjaga dirinya sebagai peradaban yang bersih.